Sunday 8 January 2012

Studi kadar N, P, K tanah pada tanah tercemar hidrokarbon di Bojonegoro

email: prasetyohandrianto@gmail.com

Tambang Minyak Bumi dan Gas Alam yang dikelola secara tradisional/tambang rakyat di Kabupaten Bojonegoro yang berada di wilayah kecamatan Kadewan terdapat 74 unit sumur yang meliputi desa Wonocolo 44 sumur dengan kapasitas produksi 25.771 liter/hari, desa Hargomulyo 18 sumur dengan kapasitas produksi 12.771 liter/hari dan desa Beji 12 sumur dengan kapasitas produksi 8.249 liter/hari. Pada setiap kegiatan penambangan di sumur bor (cutting) tersebut, terdapat tumpahan minyak pada lahan sekitar akibat proses pengangkutan minyak, baik melalui pipa, alat angkut, maupun ceceran akibat proses pemindahan (Nugroho, 2006).
Tumpahan minyak pada tanah terutama banyak terjadi di sekitar sumur tambang/lokasi pengeboran. Tumpahan minyak bumi ini menyebabkan penceran pada tanah (Handayanto dan Hairiah, 2009). Pada PP no. 85 tahun 1999 tentang limbah B3 juga dijelaskan bahwa lumpur minyak bumi termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Pencemaran minyak bumi pada tanah ini menyebabkan produktifitas tanah menurun. Terjadi penurunan produktifitas tanah ini seperti pada tanah yang tercemar tumbuhan dan mikroorganisme tanah tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tumbuhan dan tanah mempunyai hubungan timbal balik yang kompleks (Prasetyo, 2011). Selain itu tumbuhan juga mempunyai pengaruh terhadap sifat kimia tanah.
Tumbuhan sangat penting untuk sifat kimia tanah. salah satu hubungan antara tumbuhan dengan sifat kimia tanah adalah dari pengaruh sistem perakaranya dan penyedia bahan organik dari hasil pelapukanya.
Pada umumnya sistem perakaran tanaman terdiri dari xilem, floem, endodermis, korteks dan epidermis. Pengaruh sistem perakaran terhadap sifat kimia tanah adalah melalui aktivitas akar yaitu salah satunya melalui eksudasi bahan organik ke dalam tanah oleh ujung-ujung akar (Handayanto dan Hairiah, 2009).
Eksudasi bahan organik ini adalah akar mengekskresi sejumlah substansi organik ke rizosfer biasanya berupa lendir dan sering disebut dengan mucilage. Substansi organik tersebut berupa asam organik yanng memiliki massa molekul rendah seperti asam amino, fenolik, gula dan vitamin sebagai hasil pelapukan/leakage dekomposisi sel seperti sel akar-akar rambut dan jaringan tanaman misalkan koteks (Handayanto dan Hairiah, 2009).
Keberadaan mucilage tersebut akan mempengaruhi kelarutan beberapa hara di dalam rizosfer dan serapan hara baik secara langsung maupun tidak langsung, pengaruh langsung yaitu melalui pembentukan khelat (kompleks asam organik dengan ion), dan secara tidak langsung yaitu melalui perangsangan aktivitas mikroba. Eksudasi akar digunakan mikroba sebagai sumber nutien (Handayanto dan Hairiah, 2009). Bahan nutient yang di perlukan mikroba antara lain N, P, dan K.
Mikroorganisme membutuhkan seperti nitrogen dan fosfor serta kalium untuk menunjang kehidupan dan metabolismenya (Nugroho, 2006). Unsur N diperlukan mikroba dalam jumlah besar untuk sintesis asam amino dan protein, nukleotida purin dan pirymidin, dan vitamin tertentu. Di tanah, atom N berada dalam berbagai bentuk oksidasi yang semuanya dapat digunakan oleh organisme. Bentuk yang paling disenangi adalah ion amonium (NH4+), karena dalam bentuk ini dapat diubah dalam bentuk organik. Namun ion nitrat (NO3-) juga dapat digunakan oleh beberapa ganggang dan jamur, walau tidak sebanyak bakteri (Handayanto dan Hairiah, 2009).
Mikroorganisme yang banyak hidup dan berperan di lingkungan yang mengandung hidrokarbon adalah bakteri, sedangkan kehadiran jenis yang lain tidak terlalu dominan tetapi cukup berperan yaitu fungi, ragi, alga dan aktinomisetes. Bakteri dalam aktifitas hidupnya memerlukan molekul karbon sebagai salah satu sumber nutrisi dan energi untuk melakukan metabolisme dan perkembangbiakanya. Secara khusus, kelompok mikroorganisme yang mampu menggunakan sumber karbon yang berasal dari senyawa hidrokarbon disebut mikroorganisme hidrokarbonoklastik (Nugroho, 2006).
Pada proses metabolisme bakteri, hara N digunakan sebagai penyusun protein, asam nukleat dan koenzim; hara P digunakan sebagai penyusun asam nukleat, pospolipid dan koenzim; hara K digunakan sebagai kofaktor beberapa enzim. Tercukupinya kebutuhan nutrisi untuk perkembangbiakan bakteri ini akan menambah jumlah bakteri tersebut. Pertambahan jumlah dari bakteri ini akan memaksimalkan proses degradasi hidrokarbon minyak bumi, dengan demikian penurunan konsentrasi hidrokarbon lebih optimal (Suharni, 2008).
Dari urain di atas maka perlu dilakuakan studi anaslis tentang kandungan hara N,P,K pada tanah tercemar hidrokarbon. Tujuan dari studi ini adalah mengetahui berapa kadar N, P, K tanah tercemar hidrokaarbon. Tujuan jangka panjangnya adalah data kadar N, P, K pada tanah tercemar hidrokarbon dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penerapan teknologi remediasi terhadap hidrokarbon.

No comments:

Post a Comment